Senin, 23 Januari 2017

Ikhlaskan atau Perjuangkan?

PART 1

Entah waktu yang berjalan terlalu ngebut, atau memang kisah kitalah yang terlalu mengesankan, hingga aku merasa semuanya begitu cepat berlalu, sayang. Kamu hadir membawa banyak perkembangan di hidupku, rasanya sulit, untuk tidak jatuh cinta kepadamu. Setahun waktu yang cukup lama bagimu akhirnya membawaku membuat keputusan menerima sosokmu menemaniku berjalan dan berjuang bersama menulisi setiap detik kehidupan ini, untuk masa depan kita. Dan, kecepatan waktu menghitung sudah tiga tahun lamanya kita hidup bersama dalam sebuah hubungan yang diikat cinta.

Tidak mungkin kamu tidak mengetahui betapa cinta ini setiap saat selalu kujaga dan kupupuk, untukmu. Semenjak hari-hari kita berjuang bersama, bahumu yang kokoh selalu menopang kegundahanku, tanganmu yang lembut selalu membelai kepalaku dengan kasih sayangmu itu, dan, tutur lembutmu yang selalu menenangkanku dengan semangat dan nasihat yang selalu kau kuatkan untukku. Aku perlahan menjadi tergantung padamu, terlebih, aku sangat takut kehilanganmu.

Hidup bersama yang kita ikhlaskan dengan cinta selama tiga tahun lamanya, membuat aku berhenti mencari arti bahagia. Semuanya telah kita miliki. Aku masih ingat, ketika kita membahas mimpi-mimpi kita, tidak pernah namaku absen kau sertakan dalam impian masa depanmu. Aku menunggu itu sayang, aku selalu mendoakan dan mendukungmu untuk bisa meraih mimpimu secepat yang kita mampu.

Aku masih ingat, janjimu. Kamu akan membawaku pada keluargamu, usai lebaran tahun depan. Memperkenalkanku sebagai calon ibu dari anak-anakmu, dan kelak, giliran keluargamu yang akan datang ke orang tuaku. Rasanya, aku ingin waktu ini cepat bergulir. Tidak sabar rasanya aku menjadi istrimu. Setiap pagi menyiapkan sarapan untukmu, menyiapkan perlengkapanmu sebelum engkau berangkat kerja, ah… indah sekali bukan, hari-hari kita nanti?

Rasanya dunia kita terlalu istimewa dan sempurna. Meski sendiri itu baik, ternyata berdua itu jauh lebih mewah, lebih indah. Kita menjadikannya sebagai alasan untuk tetap dalam satu genggaman. Tiada lagi orang lain yang mampu masuk dan mengacau hari-hari kita.


--
Hujan pertama datang. Hujan yang membawa pengharapan bagi insan-insan yang kekeringan dan merasa kepanasan, akhirnya menjadi momen romantis kita. Sederhana, tapi aku suka. Aku ingat, kamu rela kebasahan hanya demi menemuiku di gedung teater tempat biasa aku hangout di sore hari. Aku tahu kamu awam dengan dunia teater sebelum ini, sayang. Tapi demi mau masuk ke dalam duniaku, kamu perlahan mulai mencintai hobiku ini, seiring cintamu yang bertumbuh padaku. Dan aku sangat menghargai itu.

Kenapa kamu datang juga meski hujan? Kuusap lembut keningmu yang basah. Senyum teduhmu meyakinkan aku bahwa kamu tidak merasa terpaksa sedikitpun untuk datang. Sungguh, aku merasa sangat beruntung bisa dipertemukan dengan laki-laki hebat sepertimu. Laki-laki yang senantiasa memberikan kehangatan sederhana padaku, di kala musim hujan sudah tiba.

*bersambung⏩ PART 2

0 komentar:

Posting Komentar